Jumat, 29 Januari 2010

Sang Juara

Iseng-iseng bongkar koleksi lama, ga taunya nemu cerita yang bagus2... ^_^
Aku posting in ajah ke sini, lumayan buat baca2 n buat bahan renungan kita semua...

Apakah kita sudah benar-benar menjadi juara?
Ataukah kita hanya menjadi juara di mata orang lain?
Bisakah kita menjadi juara dan mengalahkan diri kita sendiri?
Keegoisan kita?



Suatu ketika, ada perlombaan balap mobil mainan rakitan sendiri. Hari ini adalah final dari pertandingan itu. Suasana sangat ramai dan meriah, terlihat 4 finalis yang masing-masing membawa mobil rakitannya.

Dari semua finalis ada seorang anak, sebut saja namanya adi. Diantara semua finalis, hanya mobil2 an milik Adi yang paling tidak sempurna. Banyak penonton yang mengejek dan menyangsikannya.

Memang mobil2 annya tidak menarik, body nya hanya dari kayu dengan sedikit coretan cat dan hiasan diatasnya. Beda jauh sekali dengan mobil2 milik finalis lain. Tapi Adi bangga, karena mobil2 an itu hasil karyanya sendiri.

Akhirnya perlombaan pun dimulai, para finalis berjejer di garis start. Semua anak sudah siap dengan mobilnya masing-masing.

Sesaat kemudian Adi meminta sedikit waktu kepada panitia, dia ingin berdoa dulu sebelum memulai lomba. Setelah selesai berdoa Adi pun kembali bersiap di garis start.

Satu... Dua... Tiga...!!! Balapan pun dimulai, para peserta segera berlari secepat-cepatnya mendorong mobilnya masing-masing. Penonton pun bersorak-sorak memberikan semangat dan dukungan kepada para finalis. Dan pada akhirnya Adi menjadi juaranya. Semuanya senang, terutama Adi. Sambil berkomat-kamit dia berkata "Terima kasih Tuhan".

Pada saat pemberian hadiah, Adi maju ke depan untuk menerima piala. Pada saat piala diserahkan, salah seorang Panitia bertanya kepada Adi.
"Hai Jagoan, pasti tadi kamu berdoa kepada Tuhan agar memenangkan lomba ini kan?"
Adi pun menggeleng, "Bukan pak, bukan itu yang aku minta kepada Tuhan".

Panitia tadi tampak bingung, lalu Adi melanjutkan. "Sepertinya sangat tidak adil apabila aku meminta kepada Tuhan untuk menolongku mengalahkan yang lain, aku hanya meminta kepada Tuhan agar aku diberi kekuatan agar tidak menangis bila aku kalah nanti". Suasana menjadi hening, sesaat kemudian suara tepuk tangan pun bergemuruh memenuhi tempat perlombaan tersebut.



Apakah yang bisa kita ambil dari cerita di atas???
Ada yang tahu jawabannya? Kita tanya Galileo...


Dalam cerita ini tokoh Adi adalah orang yang memiliki lebih banyak kebijaksanaan dibandingkan tokoh yang lain. Dia tidak meminta kepada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Dia tidak meminta kepada Tuhan untuk meluluskan dan mengatur semua hasil yang ingin diraihnya. Dia tidak meminta kepada Tuhan untuk mengabulkan semua harapannya. Dia tidak berdoa untuk menang dan menyakiti yang lainnya. Ia hanya berdoa kepada Tuhan untuk diberi kekuatan dalam menghadapi semuanya. Dia dengan bangga menyadari kekurangannya itu.

Mungkin terlalu banyak kita meminta kepada Tuhan untuk menjadikan kita yang terbaik, untuk menjadikan kita nomor satu. Terlalu banyak juga kita meminta kepada Tuhan untuk mengabulkan setiap keinginan kita, menghalau semua rintangan yang kita hadapi. Padahal yang kita butuhkan adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya dan panduan-Nya.

Kita sering terlalu lemah untuk menyadari bahwa kita itu kuat, kita sering lupa dan terlalu cengeng dalam kehidupan ini. Tuhan memberi kita cobaan bukan untuk menjadikan kita cengeng, lemah dan mudah menyerah. Sesungguhnya Tuhan sedang menguji hamba-Nya yang Shaleh.

0 komentar:

Posting Komentar