Kamis, 11 Februari 2010

Remaja Tukang Siomay

berikut ini adalah salah satu karya dari teman2 yang udah ikut ngasih sumbangan tulisan... He he he...
Makasih yah...


Hari itu aku bertemu Andina dan teman-temanku waktu SMP. Sudah lama aku tidak bertemu mereka, tapi tak sedikitpun aku rindu mereka. Mungkin mereka juga. Kupakai topi biruku lalu kutopangkan tangan di pipiku, agar aku tidak dipahami oleh mereka, teman yang tidak ingin kujadikan kawan.
“Teman-teman, semangat ya!” Seorang gadis berkuncir menyemangati.
“Yaa...” Sahut mereka.
MC laki-laki berambut cepak tampil di panggung.
“Ok, semuanya. Sebentar lagi akan kita saksikan para dancer dari SMUNSA. Udah siap?” tanyanya.
Salah satu dari kelompok Andina mengangguk, tanda siap.
“Kalau begitu mari kita saksikan penampilan dari SMUNSA dancer. Wuuu...”
Musik berdentum, lima dancer masuk ke arena, membentuk formasi. Selanjutnya mereka beraksi, menari, mengikuti irama musik. Sorak-sorai para penonton menggemuruh. Sementara beberapa pria bersiul.
“Suit... Suiii...tt...”
Respon penonton lebih meriah dibanding saat SMK 3 tampil. Wajar... Walaupun benci, yah kuakui mereka sangat cantik dan... seksi. Tubuh gadis kelas 3 SMU yang sedang ranum dibalut tank top dan celana jean biru ketat, membuatku – aku yakin tidak hanya aku – ingin menerkam dan bergumul dengan mereka.
Selesai pentas, ganti baju, mereka menuju tempat teman-temannya – yang sengaja datang memberi dukungan – berkumpul.
“Ugh, sial.” Batinku.
Ternyata sekumpulan orang yang berada tidak jauh dari tempat aku duduk, merupakan teman-teman mereka.
“Pantas, dari tadi mereka ribut mendukung Andina cs. Aku mundur, berlindung dari mereka tapi tetap bisa menonton acara.
“Gimana, penampilan kita-kita? Ok gak?”
“Uuh, ok bangget.”
“Tapi, jujur aja, tadi gua sempat nervous lho!”
“Masa sih?!”
“Tapi performance lo tetep ok, kok.”
“Sumpeh lo?”
“Swer.”
“Aduh..., makasih Dimas.”
“Cieee..., yang lagi kasmaran.”
Gigiku bergemeletukkan. Nafasku memburu, naik-turun. Aku marah. Aku muak dengan tingkah mereka. Mereka yang gaul, keren, yang melewati masa muda dengan hura-hura. Tidak seperti aku! Ya, aku, yang selalu dipenuhi masalah. Pagi masalah, siang masalah, malam masalah, seolah keberadaanku adalah masalah.
Aku tak tahan lagi. Berada di dekat mereka, melihat tingkah laku dan mendengar omongan sok gaul, membuat hatiku sakit. Aku beranjak, pergi meninggalkan hiruk-pikuk itu. Masih terdengar ucapan mereka “Kita pasti menang, SMUNSA gitu lho!”, saat kupercepat langkah ini.
Mungkin aku iri, karena mereka bernasib baik. Wajah yang rupawan, tubuh yang ideal dan harta yang melimpah. Tidak seperti aku. Kuhembuskan nafas untuk meringankan beban di dada ini. Sejenak ku termenung. Apa dosaku harus marah pada orang-orang itu. Mereka bergaul, foya-foya, menghamburkan uang untuk have fun. Itu toh uang mereka, apa urusanku...
Tidak, justru itu urusanku. Aku lelah bekerja sekedar utnuk menyambung hidup. Padahal aku masih muda, bukan di sini tempatku. Tapi di sekolah, belajar. Gara-gara uang, aku tak sekolah. Sedangkan mereka, uang dengan mudah dihamburkan padahal orang lain begitu membutuhkannya. Sialaan...!!!
“Mas mas, beli siomaynya.” Seseorang memanggilku. Kudekati orang itu, kulayani pesanannya. Lalu tersenyum saat ia memberiku 2 lembar uang ribuan. Senyum getir... Remaja Tukang Siomay.